Kamis, 10 Maret 2011

KISRUH PSSI DISOROT DUNIA

Kisruh PSSI Disorot Dunia

Jum'at, 4 Maret 2011 - 14:18 wib
text TEXT SIZE :  
Share
Achmad Firdaus - Okezone
Foto: Dok. Okezone
Foto: Dok. Okezone
JAKARTA - Kekisruhan yang tengah melanda sepakbola Indonesia ternyata sudah meluas hingga panggung internasional. Salah satu media terbesar di Amerika Serikat, New York Times bahkan juga ikut menyoroti kisruh di PSSI. Adalah Aubrey Belford, salah seorang jurnalis di NY Times yang mengangkat polemik yang tengah terjadi di PSSI, terkait pemilihan calon ketua umum baru periode 2011-2015. Dalam artikelnya kali ini, Aubrey juga menyoroti sikap Ketua Umum saat ini Nurdin Halid yang keukeuh menolak mundur dan terkesan ingin kembali menjabat sebagai Ketum untuk ketiga kalinya. Aubrey menilai, Nurdin merupakan sosok pemimpin diktator yang tidak bisa mendengar suara masyarakat pecinta sepakbola di Ibukota maupun daerah yang belakangan ini tak henti-hentinya menyuarakan agar dirinya segera meletakan jabatan. Padahal, dalam statuta FIFA sudah jelas bahwa latar belakang pria asal Bugis ini tidak memenuhi syarat sebagai ketua. Nurdin diketahui sempat dihukum penjara lantaran kasus korupsi. Dalam tulisannya tertanggal 3 Maret kemarin, Aubrey juga menceritakan tentang kegagalan dua bakal calon (balon) ketua umum yakni KSAD Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro lolos verifikasi. Dinilainya, kegagalan kedua sosok diatas tak lepas dari peran Nurdin yang tak ingin kalah, karena sadar Toisutta dan Arifin mendapat dukungan dari masyarakat. Terakhir, Aubrey juga membeberkan isi pernyataan yang dilontarkan Nurdin dalam sidang dengan pendapat dengan anggota Komisi X DPR RI, Selasa kemarin. Salah satu yang paling mencolok adalah saat Nurdin menangis dan mengaku sempat diancam dibunuh oleh salah satu petinggi negara. Untuk menguatkan artikelnya ini, New York Times dalam hal ini Aubrey menunjuk pengamat sepakbola, Tondo Widodo yang notabene mantan anggota PSSI, sebagai narasumber. Tondo sendiri mengakui bahwa kisruh yang tengah terjadi di PSSI dan maraknya aksi demo menuntut Nurdin turun, merupakan titik kulminasi masyarakat yang sudah muak dengan kepemimpinan Nurdin selama sembilan tahun terakhir, namun tanpa prestasi. “Anda tanya saja pada semua orang di jalan, mereka tidak harus seorang yang intelek, anda juga bisa tanya kepada sopir taksi. Mereka semua pasti malu. Mereka tidak suka dengan apa yang telah dilakukan Nurdin dan kroni-kroninya selama memimpin PSSI,” pungkasnya. Merujuk pada putusan rapat Eksekutif Komite (EXCO) FIFA, kemarin, yang meminta PSSI untuk segera membentuk komite pemilihan yang independen dan melakukan pemilihan ketua sebelum 30 April mendatang, maka bisa dikatakan, nasib Nurdin dan seluruh kroninya hanya tinggal menunggu waktu saja. (acf)

Krisis Politik di Mesir Pengaruhi Ekspor Indonesia

Berita RSS Feeds RSS

Krisis Politik di Mesir Pengaruhi Ekspor Indonesia

Gejolak politik di Mesir, menurut Kadin, akan menurunkan nilai ekspor Indonesia ke salah satu negara tujuan ekpor terbesar tersebut.
Asap mengepul dari pusat perbelanjaan Arcadia, yang dijarah, dirusak dan dibakar oleh massa di Kairo, Minggu (1/30)
Foto: AP
Asap mengepul dari pusat perbelanjaan Arcadia, yang dijarah, dirusak dan dibakar oleh massa di Kairo, Minggu (1/30)

Teruskan dengan

Berita Terkait

Nilai ekspor Indonesia ke Mesir, yang mulai berlangsung sejak tahun 2000, mencapai sekitar 700 juta dolar AS setiap tahunnya. Puncaknya, menurut Ketua Kadin untuk kawasan Timur Tengah Fachri Thalib adalah di tahun 2008, di mana ekspor Indonesia ke Mesir tercatat mencapai satu milyar dolar. Angka tersebut masih bertahan hingga saat ini, menjadikan Mesir sebagai negara Timur Tengah tujuan ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia, setelah Turki dan Saudi Arabia.
Namun menurut Fachri, memanasnya suhu politik di Mesir dipastikan akan menurunkan nilai ekspor Indonesia ke Mesir tahun ini, walaupun ia tak dapat memperkirakan seberapa besar penurunannya.
“Dengan adanya kerusuhan ataupun ketidaknyamanan di Mesir, tentunya eksportir kita dari sini menahan dulu barang-barang yang akan diekspor. Tapi, ini berdasarkan saling pengertian saja antara importir dan eksportir," ujar Fachri sembari menambahkan antisipasi dari pengusaha bukanlah reaksi resmi dari pemerintah.

Meski akan mengalami penurunan, menurut Fachri, kegiatan ekspor dari Indonesia ke Mesir tidak akan mengalami resiko yang terlampau mengkhawatirkan seperti kerusakan barang atau tidak dibayarnya transaksi ekspor-impor.
Ekspor terbesar Indonesia ke Mesir adalah meubel, lalu kertas, ban dan tekstil. Sementara itu, impor dari Mesir ke Indonesia rata-rata per tahun benilai 300 juta dolar AS, yang sebagian besar berupa makanan, terutama kurma.

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Manajemen Berbasis Sekolah
Website ini merupakan bagian dari Pendidikan Network Indonesia dan tujuan utama kami adalah pengembangan pendidikan di Indonesia. Tetapi, kami sudah menerima beberapa surat yang mengucapkan terima kasih dari konsultan-konsultan pendidikan yang sedang bekerja di negara lain yang sedang berkembang. Kami ingin mengumpulkan sebanyak mungkin informasi praktis dari mereka yang berpengalaman di lapangan - supaya dapat digunakan oleh semua negara yang sedang berkembang (developing country). Di bidang pendidikan, negara mana yang tidak dapat disebut developing country?
Sebelum desentralisasi, beberapa sekolah di Indonesia sudah melaksanakan proses Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara mandiri dan mereka mampu mengatasi banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan pengembangan sekolah secara internal. Sekolah-sekolah ini, sebagian yang didaftar (sebelah kiri), disebut sebagai pelopor, dan perkembangannya sebenarnya cukup hebat. Kepala sekolah juga termasuk berani kalau kita melihat keadaan lingkungan dan paradigma sistem manajemen pendidikan saat itu.

Sekarang, di beberapa propinsi di Indonesia kami mulai dapat melihat kemampuan sebenarnya dari MBS karena dukungan yang diberikan dari Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan. Transformasi yang dilaksanakan luar biasa. Proses MBS tidak dapat disebut baru di Indonesia, tetapi pelaksanaan sekarang dibuktikan dapat mengubah kebudayaan dan sistem supaya pengembangannya menjadi efektif dan "sustainable".

Apa yang membuat implementasi sekarang menjadi efektif?
Dasarnya adalah - Manajemen implementasi yang bagus. Seperti semua inisiatif yang lain, manajemen yang bagus adalah kunci untuk implementasi yang afektif. Bila perubahan sistemik dilaksanakan tanpa perubahan kebudayaan organisasi, implementasinya sering gagal dan kembali ke keadaan sebelumnya, seperti kita sudah melihat dulu setelah kepala sekolah yang mendorong prosesnya dipindahkan ke sekolah yang lain.

Untuk implementasi yang bagus semua stakeholder harus sangat mengerti peran mereka masing-masing. Sesuai dengan etos MBS peran mereka tidak dapat dipastikan dari awal secara hitam di atas putih, mereka perlu, secara proses terbuka, mendiskusikan dan menukar pikiran supaya peran mereka yang paling mendukung guru di lapangan dan proses belajar-mengajar secara maksimal dapat ditentukan. Di dalam program baru, tidak ada peserta (stakeholder) yang dianggap superior, semua stakeholder walau mereka adalah Dewan Pendidikan, guru baru, atau orang tua yang petani, membawa input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk mencari jalan terbaik untuk membantu stakeholder yang lain maupun keperluan mereka sendiri. Sekarang, yang juga sangat mendukung prosesnya adalah kita sekalian mengimplementasikan PAKEM (Contextual Learning).
PAKEM - Contextual Learning

Bila proses-proses di atas sudah diikuti dengan baik, dan berjalan secara efektif kita seharusnya dapat melihat situasi pengajaran dan pelajaran yang lebih baik, tetapi bila kita tidak mulai menghadapi hal cara siswa kita belajar, dan apa yang mereka pelajari keuntungan mungkin tidak dapat dilihat dari hasil karya mereka (outcomes). Yang pertama, apa maksud kami "apa yang mereka pelajari". Maksud kami bukan kurikulum, kurikulumnya tidak akan diubah. Yang kami maksud adalah mereka perlu mulai belajar mengenai cara mereka belajar (learning how to learn), cara belajar secara penemuan (discovery), secara kreatif, analisa, dan kritis, supaya mereka dapat menjadi pelajar selama hidup (life-long learners) yang efektif.
Bacaan tertarik: Untuk apa pendidikan?

Yang kedua, "cara siswa kita belajar", apa itu PAKEM (Contextual Learning)?
"A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers." (BEST, 2001).
Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan.

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penelidikan, penemuan, dan beberapa macan strategi yang hanya dibatas dari imaginasi guru.
What Is A Quality Education?
Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM adalah solusi utama untuk menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan.

ILMU TEKHNO;OGI PENDIDIKAN

Ilmu Teknologi Pendidikan

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Sebelum kita dapat membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kita perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke pendidikan yang bermutu.

Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu (pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada pelajarnya? Atau ada tujuan yang lebih luas?

Kami masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit diukur. Salah satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilaikan) begitu banyak kompetensi.

Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian.

Sebenarnya di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak.

Apa itu Pendidikan Yang Bermutu?

Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini dari UNICEF (di bawah) adalah cukup lengkap:
  • Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya.
  • Environmen yang sehat, aman, melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas yang cukup.
  • Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus "literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS prevention and peace (kedamaian)".
  • Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan.
  • Outcomes yang termasuk pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan (goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif.
Bagaimana kita dapat melaksanakan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia? Yang pertama kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan" karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita.

"Environmen yang sehat" Puluhan ribu sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman.

"Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills". Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan.

Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa), dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri). Kurikulum sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial, kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal (kejuruan), dll. Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM.

"Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered"
Apa maksudnya "child centered"? Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan. Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata sendiri, keterampilan kreativitas, dll.

Di tingkat SD sampai SMP sudah ada banyak contoh dan bukti penghasilan dari proses "Child Centered Learning" yang disebut Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) atau Pembelajaran Kontekstual di situs Basic Education (MBE).

Di tingkat SMU kita masih dapat menyaksikan banyak kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah menengah yang belum Student Centered. Mungkin karena masih banyak guru belum kenal dengan proses, atau seperti kami sudah mendengar di lapangan bahwa guru-guru masih ragu-ragu bahwa mereka dapat selesai menyampaikan kurikulum dalam waktunya kalau menggunakan proses PAKEM. Padahal lewat proses PAKEM siswa-siswi dapat belajar sangat cepat maupun enjoy (nikmat) pembelajaran sambil menambah pembelajaran "life skills" misalnya manajemen, kemandirian, penelitian, dll, sambil belajar topik utama#.

#Ingat di atas bahwa kami sebut "di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak"

Ini adalah salah satu isu yang sangat membedakan sekolah nasional dengan sekolah internasional. Beberapa sekolah nasional sudah melaksanakan proses pembelajaran kontekstual misalnya Madania di Parung, Bogor, Jawa Barat.

Di Perguruan Tinggi kita dapat menyaksikan kegiatan belajar mengajar di kebanyakan kelas yang paling pasif. Proses pembelajarannya biasanya sangat 'dosen centered' dengan mahasiswa/i dalam keadaan DM (duduk manis) dan jarang terkait dalam proses pembelajaran.

Apakah harus begini? Pasti Tidak!

Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran. Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses pembelajaran.

Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin tidur atau pulang? Sekarang kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau pulang juga? Sama saja kan?

TRADISI MENULIS DI ACEH

PADA paruh abad 16 di Aceh telah muncul penulis berkaliber dunia, yaitu Hamzah Fansuri, yang kemudian diikuti pula oleh murid-muridnya seperti Syamsuddin As-sumatrani. Kiprah, kejayaan, dan kemasyhuran Hamzah dan penulis setelahnya ini tidak terlepas dari perhatian dan andil besar sang Sultan sendiri yang berkuasa pada masa itu.

Kepentingan akan literatur ini disadari sepenuhnya oleh pemerintah. Selain  untuk mengembangkan agama dan pengukuhan pengaruh, sastra juga berperan besar dalam membentuk pamor dan gengsi kekuasaan dan marwah negara. Kewibawaan karya Hamzah semakin menguatkan sendi pemerintahan Aceh pada masa kesultanan Sri Sultan Perkasa Alam, atau yang lebih kita kenal Sultan Iskandar Muda.

Pada masa itu Aceh berada dalam tataran bangsa-bangsa kuat di dunia, bahkan bangsa Peringgi (Eropa) tiada kuasa menaklukkan Aceh setelah berkali-kali berusaha menyerang. Selain memiliki kekuatan pertahanan, siasat, dan taktik perang, kedudukan dan kekukuhan benteng Lamuri juga sulit ditembus serangan meriam pasukan kapal-kapal musuh.

Selain dari itu, tentu karena Lamuri berada dalam kendali orang-orang cerdik pandai meskipun berjumlah tidak terlalu banyak, yang selalu menjadi panasihat Sri Sultan dalam menentukan kebijakan dan menutuskan banyak perkara. Orang yang paham akan pemerintahan niscaya tidak sembarangan dalam berbicara dan bertindak, apalagi seenak dirinya sendiri.

Orang-orang cerdik pandai ini juga telah menulis kitab-kitab dalam bahasa Melayu-Jawi, baik tentang agama, mujarobat, peraturan dan adat, peraturan bercocok tanam, dan sebagainya; juga dalam kemahiran pertukangan seperti pandai besi yang menempa senjata, pembuat hiasan tembaga, emas, suasa, perak, dan perunggu, ukiran-ukiran pada bangunan, dan sebagainya. Sultan merekrut dan mempekerjakan mereka menurut kadar kemampuan untuk kepentingan kerajaan (Baca: Kerajaan Aceh, Denish Lombart).

Karkun (juru tulis istana) juga punya kedudukan penting yang bertugas menulis sesuatu kejadian setiap harinya, baik di istana, pelabuhan, dan di lahan pertanian-yang berarti semua peristiwa yang berlangsung selalu dalam kontrol mereka. Bahkan kedudukan Hamzah Fansuri, menurut sejumlah sejarawan dan tokoh agama, setara dengan posisi Sultan dalam pengertian lain.

Hamzah Fansuri yang diakui sebagai sastrawan besar kerajaan dan juga sebagai ulama hebat, menduduki jabatan Khadi Malikul Adil di awal pemerintahan Iskandar Muda. Sultan memberinya gaji dan juga membiayai penulisan-penulisan karya sastra berupa hikayat-hikayat, khazanah-khazanah hebat yang sulit ditandingi pada masa itu, masa sesudahnya, dan bahkan sampai kini.

Ini menunjukkan betapa pedulinya pemerintah terhadap tradisi literatur dan hanya pemerintah yang cerdas saja yang berbuat demikian. Maka tak heran jika tradisi menulis berkembang pesat, yang kemudian banyak lahir penulis-penulis kitab kuning yang menjadi pengangan hukum dan kitab pelajaran di balai-balai pengajian kampung serta dayah. Dari sekian banyak penulis kitab itu yang paling menonjol itu di antaranya adalah Syamsuddin As-sumatrani.

Kehebatan pengaruh dari literatur ini juga disadari oleh Iskandar Sultan Tsani, yang sengaja memanggil Ar-Raniry yang dulunya terusir pada masa berkuasanya Iskandar Muda dikarenakan saling berseberangan dengan Hamzah Fansuri yang punya paham al-wujudiah. Pada masa inilah kepala Hamzah dipenggal dan kitab-kitabnya dimusnahkan.

Tsani memanfaatkan Ar-Raniry dan mengupahnya untuk menulis Bustanussalatin (Taman Raja-raja), kitab yang berkenaan dengan sejumpit keterangan seputar kehidupan sang Sultan, adat-istiadat, peraturan istana, dan peralihan kekuasaan. Selain itu,  juga tentang keindahan taman-taman yang digambarkan bagaikan lahan surga dan juga mengambarkan kejayaan serta kemegahan lingkungan istana, sebelum Tsani diracun oleh istrinya sendiri.

Inilah masa kejayaan Aceh yang terus runtuh dan kemasyhuran itu tak kunjung bisa terulang lagi sampai sekarang. Selain cerita ngeri tentang pembantaian manusia paling besar yang pernah terjadi di sini. Berikut pula diikuti oleh hilangnya perhatian pemerintah terhadap tradisi literatur setelah dikuasai oleh orang-orang lemah dan agak bodoh, sehingga hari ke hari Aceh kian terpuruk sampai kemudian Belanda masuk memporak-porandakan semua yang ada.

Dari gambaran di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kejayaan suatu bangsa turut didukung oleh literatur serta keahlian lainnya yang berjalan secara beriringan. Hal ini pula disadari oleh bangsa dunia lainnya, yang dalam kenyataannya penulis-penulis hebat kelas dunia hanya lahir di negara-negara maju, seperti Orhan Pamuk (Tuki), Yasunari Kawabata (Jepang), VS Naipul (Inggris), dll.

Mereka orang-orang yang diperhatikan oleh pemerintah, sebagaimana Hamzah Fansuri semasa Iskandar Muda. Dengan karya-karya merekalah nama negaranya terdongkrak sampai ke penjuru dunia, lalu negara-negara tersebut mengukuhkan diri sebagai bangsa yang cerdas.

Kerja literatur adalah kerja yang lebih rumit dan berat dari mencangkul sawah, maka setelah Hamzah tak ada yang begitu kita kenal. Sastra yang bermutu hanya lahir dari kerja keras seorang yang cerdas, yang hidup mereka pada umumnya hanya mengabdikan diri pada pekerjaan berkarya semata. Ini juga bagian dari tanggung jawab pemerintah untuk memajukan diri jika memang tidak ingin rakyatnya mundur dan bodoh.

Tahukah bagaimana rumitnya melahirkan karya sastra bermutu? Seorang sastrawan harus banyak paham ragam ilmu pengetahuan, mengkaji dan meneliti, dan kemudian menyiasiatinya untuk suatu tujuan perubahan dalam perilaku, sehingga karyanya membawa pencerahan. Orhan Pamuk saja membutuhkan belajar selama 30 tahun dan kerja terus-menerus, sehingga karya-karyanya seperti pancaran sinar matahari.

Aceh pun akan bangkit kembali jikalau pemerintah Aceh mau peduli terhadap sastrawan, sebagaimana dilakukan zaman kerajaan Aceh dulu. Dana yang melimpah di Aceh tidak ada salahnya dialokasikan untuk mendidik generasi mudah Aceh dan memberi apresiasi untuk mereka yang sudah berprestasi.

* Arafat Nur adalah penulis novel Lampuki, yang memenangkan sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta.

PENGANIAYAAN TEMAN

Thu, Mar 10th 2011, 10:08

Menganiaya Teman, Seorang Pelajar Ditahan

BANDA ACEH - Kamaruddin bin Abdul Muthalib (15), seorang pelajar kelas III sanggar kegiatan belajar (SKB) Banda Aceh sudah 63 hari ditahan karena menganiaya seorang teman di sekolahnya. Kemarin, Rabu (9/3), pelajar setingkat SMP ini menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN) Banda Aceh.

Dalam surat dakwaan terhadap Kamaruddin, tertulis remaja ini mulai ditahan Penyidik Polresta, Banda Aceh, 4-23 Januari 2011. Kemudian penyidik meminta perpanjangan lagi kepada penuntut umum (PU). Selanjutnya mulai 22 Februari-3 Maret 2011, giliran Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Banda Aceh menahan pelajar itu.

Juwita, dari lembaga bantuan hukum (LBH) Anak Banda Aceh kemarin mengatakan dirinya sudah diminta oleh Syukri SH, hakim tunggal yang menangani perkara itu untuk mendampingi remaja tersebut. Namun, Juwita mengaku belum meminta kepada hakim tentang penangguhan penahanan Kamaruddin. Kini Kamaruddin berstatus tahanan hakim.  

Jaksa Penuntut Umum (JPU) perkara tersebut, Nurhalma SH mengatakan penahanan terhadap anak dibolehkan dalam UU peradilan anak. “Memang aturan hukum terhadap anak ada leg spesialis-nya, tapi dibolehkan penahanan, apalagi perbuatan penganiayaan yang dilakukan sudah termasuk bisa ditahan,” kata Nurhalma menjawab Serambi usai sidang. Namun, ia tak mau merincikan kriteria perbuatan anak yang bisa ditahan.

Isi dakwaan
Sementara isi dakwaan dibacakan Nurhalma dalam sidang tertutup di ruang sidang anak PN Banda Aceh kemarin adalah, pada 3 Januari 2011 sekira pukul 08.30 WIB, Kamaruddin bersama Auli Akbar (saksi korban) dan teman-teman satu sekolah lainnya sedang duduk di kedai di depan STM lama, Kelurahan Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Kemudian seorang orang tua berjalan kaki di depan mereka. Terdakwa dengan nada ejek mengatakan yang sedang berjalan itu adalah orang tua korban. Ejekan itu membuat Auli Akbar tersinggung dan menendang Kamaruddin. Selanjutnya Kamaruddin mengajak korban ke samping kedai itu dan mendorongnya ke dalam parit/got. Saat korban jatuh, Kamaruddin melempari korban dengan batu di kepalanya.

Berdasarkan hasil visum et repertum korban menderita luka robek di kepala, luka lecet di pelipis dan lengan kiri, luka lecet dibahu kiri, serta luka lecet di punggung kiri. Dalam dakwaan, perbuatan Kamaruddin dibidik melanggar Pasal 80 ayat (1) UU nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak juncto UU nomor 3 tahun 1997, tentang perlindungan anak.

Amatan Serambi, sebelum sidang, kemarin Kamaruddin ditahan di ruang tahanan khusus PN Banda Aceh atau tidak disatukan dengan para terdakwa orang dewasa. Usai sidang ia dikembalikan ke rutan anak di Lhoknga, Aceh Besar. Selain Juwita dari LBH anak, pelajar asal Aceh Timur ini juga dikunjungi oleh orang tua angkatnya.(sal)